Selasa, 24 November 2015

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWAT DARURATAN SISTEM ENDOKRIN : KOMA HIPERGLIKMEIA DAN KOMA HIPOGLIKEMIA






















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti hiperglikemia  dan hipoglikemia hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep medis  dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia ?
1.2.2 Bagaimana konsp medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia
1.3.2 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia
1.4 Manfaat Penulisan
Selain tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini juga mengutamakan asas manfaat bagi penulis khususnya , umunya bagi pembaca yang mayoritas mahasiswa keperawatan agar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam kasus koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
15. Metode Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Kegawat Daruratan SSistem Endokrin : Koma Hiperglikemia dan Koma Hipoglikemia “ ini menggunakan buku “ Brunner & Suddart : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah “ sebagai sumber utama, sumber lainnya penulis browsing internet. Dengan browsing penulis memperoleh berbagai informasi yang menunjang penulisan makalah ini.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang berisi , latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematiika penulisan
BAB II Pembahasan yang berisi konsep medis koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB III Asuhan Keperawatan pada klien dengan koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB IV Penutupan yang berisi kesimpulan dan saran









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis Koma Hipoglikemia
2.2.1        Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni      : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi      : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya  dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
Koma hipoglikemi       : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif     : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini dapat dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau jika pasien lupa makan camilan.
2.2.2        Etiologi
• Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
• Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
• Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
• Kelaiana pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
• Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:
a)      Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
b)      Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya karbohidrat.
• Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.  Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karenasel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.
•Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibatAIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
•Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.  Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.
•Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
• Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia.
• Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
• Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).  Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat. Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebuthipoglikemia alimentari idiopatik.
•Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung gula fruktosadan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati, leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
• Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
•Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.
• Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
2.2.3        Gejala
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti :
•         Tremor
•         Takikardi
•         Palpitasi
•         Kegelisahan
•         Rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada system saraf pusat mencakup :
•         Ketidakmampuan konsentrasi
•         Sakit kepala
•         Vertigo
•         Konfusi
•         Penurunan daya ingat
•         Pati rasa di daerah bibir dan lidah
•         Bicara pelo
•         Gerakan tidak terkoordinasi
•         Perubahan emosional
•         Perilaku yang tidak rasional
•         Penglihatan ganda
•         Perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikemia berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup :
1)      Perilaku yang mengalami disorientasi
2)      Serangan kejang
3)      Sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Sampai derajat tertentu, gejala ini dapat berhubungan dengan tingkat penurunan kadar glukosa darah yang sebenarnya atau dengan kecepatan penurunan kadar tersebut. Sebagai contoh, pasien yang biasanya memiliki glukosa darah dalam kisaran hiperglikemia (misalnya, sekitar 200-an atau lebih ) dapat merasakan gejala hipoglikemi (adrenergik) kalau kadar glukosa darahnya secara tiba-tiba turun hingga 120 mg/dl (6,6 mmol/L) atau kurang. Sebaliknya, pasien yang biasanya memiliki kadar glukosa drah yang rendah namun masih berada dalam rentang yang normal dapat tetap asimtomatik meskipun kadar glukosa tersebut turun secara perlahan-lahan sampai dibawah 50 mg/dl (2,7 mmol/L).
Factor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan gejala hipoglikemi adalah penurunan respon hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemi. Keadaan ini terjadi pada sebagian pasien yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun. Penurunan respon adrenergic tersebut dapat berhubungan dengan salah satu komplikasi kronis diabetes yaitu neuropati otonom. Dengan penurunan kadar glukosa darah, limpahan adrenalin yang normal tidak terjadi. Pasien tidak merasakan gejala adrenergic yang lazim seperti perasaan lemah. Keadaan hipoglikemi ini mungkin baru terdeteksi setelah timbul gangguan system saraf pusat yang sedang atau berat.
2.2.4        Patofisiologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton dalam fase makan atau kondisi pos absorptif.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darah turun dengan tiba-tiba, otak mengenali defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana gejala-gejala timbul akan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain, dan bukanlah hal yang tidak lazim pada kadar serendah 30 sampai 35 mg/dl untuk terjadi (spt, selama tes toleransi glukosa) tanpa gejala-gejala yang telah disebutkan.Yang lebih kontroversial adalah pertanyaan tentang apakah gejala-gejala dapat berkembang dalam berespon terhadap turunnya kadar gula darah bahkan sebelum turun di bawah batasan kadar normal. Karena suatu respon fisiologi tertentu, seperti pelepasan hormon pertumbuhan, terjadi dengan penurunan gula darah namun tetap normal, tampaknya gejala-gejala terjadi pada kondisi ini, tetapi stimulus penurunan kadar kemungkinan kurang kuat dan konsisten dibanding penurunan dibawah ambang absolut.
Bagaimanapun, otak tampak dapat beradaptasi sebagian terhadap penurunan kadar gula darah, terutama jika penurunan terjadi lambat dan kronis. Bukanlah hal yang tidak lazim bagi pasien dengan gula darah yang sangat rendah, seperti yang terjadi pada tumor pensekresi insulin, untuk memperlihatkan fungsi serebral yang sangat normal dalam menghadapi gula darah yang rendah terus menerus dibawah batasan normal.
2.2.5        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604).
a)       perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b)       Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c)        Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
2.2.6        Penatalaksanaan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

2.2  Konsep Medis Koma  Hiperglikemia
2.2.1        Pengertian
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Hiperglikemia, hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Ini umumnya merupakan tingkat glukosa darah 10 + mmol / l (180 mg / dl), tetapi gejala mungkin tidak memulai untuk menjadi terlihat sampai nomor kemudian seperti 15-20 + mmol / l (270-360 mg / dl) atau 15,2 -32,6 mmol / l. Namun, tingkat kronis melebihi 125 mg / dl dapat menghasilkan kerusakan organ.
Kadar glukosa bervariasi sebelum dan sesudah makan, dan pada berbagai waktu hari, definisi "normal" bervariasi di kalangan profesional medis. Secara umum, batas normal bagi kebanyakan orang (dewasa puasa) adalah sekitar 80 sampai 110 mg / dl atau 4 sampai 6 mmol / l. Sebuah subjek dengan rentang yang konsisten di atas 126 mg / dl atau 7 mmol / l umumnya diadakan untuk memiliki hiperglikemia, sedangkan kisaran yang konsisten di bawah 70 mg / dl atau 4 mmol / l dianggap hipoglikemik. Dalam puasa orang dewasa, darah glukosa plasma tidak boleh melebihi 126 mg / dl atau 7 mmol / l. Berkelanjutan tingkat yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan gula darah ke pembuluh darah dan ke organ-organ mereka suplai, yang mengarah ke komplikasi diabetes.
2.2.2        Etiologi :
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
2.2.3        Patofisiologi
Sindrome Hiperglikemia mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat.  Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma.Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.

2.2.4        Pathway hiperglikemia
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU88Qw19jnnFGIHfZo69A88IShAtvR8w1U5Tdgy1soMVJMLD9KzVxxcFxfP2YdtIE9kO-hPFG0TXRkvwyhyM7fFVilD_xc3BPuVs4j06iu-v5RMxLEVkgsVCu7U_jotdXBlY-RW6JqFGY/s640/hiperglikemia+krisis.png

2.2.5        Menifestasi klinik :
Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah):
•         Poliplagi, merasa lapar, ingin makan terus
•         Polidipsi, merasa haus terus
•         Poliuri, kencing yang sering dan banyak
•         Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
•         Rasa kesemutan, kram otot
•         Visus menurun
•         Penurunan berat badan
•         Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh
2.2.6        Faktor risiko:
a)      Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)
b)      Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)
c)      Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)
d)     Riwayat keluarga DM
e)      Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
f)       Riwayat DM pada kehamilan
g)      Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
h)      Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) (http://endokrinologi.freeservers.com)
2.2.7        Komplikasi Hiperglikemia
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a)      Komplikasi akut
1.      Komplikasi metabolic
•         Ketoasidosis diabetic
•         Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
•         Hipoglikemia
•         Asidosis lactate
2.      Infeksi berat
b)      Komplikasi kronik
1.      Komplikasi vaskuler
•         Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
•         Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
2.      Komplikasi neuropati
  Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik, buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.
3.      Campuran vascular neuropati
  Ulkus kaki
4.      Komplikasi pada kulit
2.2.8         Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien Diabetes Mellitus:
-          Hb
-          Gas darah arteri
-          Insulin darah
-          Elektrolit darah
-          Urinalisis
-          Ultrasonografi
2.2.9         Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
a)      Diet
1)       Komposisi makanan
2)        Jumlah kalori perhari
3)       Penilaian status gizi
b)      Latihan jasmani
c)      Penyuluhan
d)     Obat berkaitan Hipoglikemia
1)       Obat hipoglikemi oral
2)       Insulin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Koma Hipoglikemia
A. Pengkajian Primer
1.      Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
§   Chin lift/ Jaw thrust
§   Suction
§   Guedel Airway
§   Instubasi Trakea
2.      Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
§   Beri oksigen
§   Posisikan semi Flower
3.      Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
§   Cek capillary refill
§   Auskultasi adanya suara nafas tambahan
§   Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
§   Cek Frekuensi Pernafasan
§   Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
§   Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4.      Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
B. Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1.      Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2.      Riwayat :
o    ANC
o    Perinatal
o    Post natal
o    Imunisasi
o    Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o    Pemakaian parenteral nutrition
o    Sepsis
o    Enteral feeding
o    Pemakaian Corticosteroid therapi
o    Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o    Kanker
3.      Data fokus
Data Subyektif:
o    Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
o    Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
o    Rasa lapar (bayi sering nangis)
o    Nyeri kepala
o    Sering menguap
o    Irritabel
Data obyektif:
o    Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
o    Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
o    Plasma glukosa < 50 gr/
Pengkajian head to toe
1.  Data subyektif :
§   Riwayat penyakit dahulu
§   Riwayat penyakit sekarang
§   Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2.   Data Obyektif
a.      Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b.      Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c.      Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d.      Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e.      Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f.       Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h.     Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i.       Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j.        Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
k.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.
C.    Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
2. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
4. Kelelahan b/d penurunan energi metabolik
D. Intervens Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
a)      Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
b)      Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
c)      Monitor vital sign
d)     Monitor kesadaran
e)      Monitor tanda gugup, irritabilitas
f)       Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
g)      Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
h)      Cek BB setiap hari
i)        Cek tanda-tanda infeksi
j)        Hindari terjadinya hipotermi
k)      Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
l)        Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2. Diagnosa keperawataan: Defisit volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan.
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik.
Hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh takikardia
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
RR/ Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Ukur berat badan setiap hari.
RR/Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
Catat hal-hal yang sering di laporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
RR/Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi, normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.
RR/Mengembalikan cairan yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan : Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan tingkat mental biasanya.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
RR/Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi mental.
Panggil pasien dengan nam, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang, dan waktu.
RR/Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien kemungkinan mengalami kejang.
RR/Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama amalam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan terhadap air panas atau dingin atau penggunaan bantalan atau pemanas.
RR/Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
Kolaborasi
Pantau nilai laboratorium, glukosa darah.
RR/Keseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental.
4. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
Kriteria Hasil :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
Menunjukkan tingkat energi biasanya.
Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
RR/Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan utilitisnya).
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
RR/Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral.
RR/Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika paien sdar dan fungsi gastrointestinalnya baik.
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
RR/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli diet.
RR/Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
5. Diagnosa Keperawatan : Kelelahan b/d penurunan energi metabolik
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan peningkatkan energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi Rasional
Mandiri
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
RR/Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. RR/Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
RRMeningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.



3.2 Koma Hiperglikemia
A.    Pengkajian
a)      Data subyektif :
-          Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
-          Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya:
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b)      Data obyektif
  Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
  Sirkulasi:
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
  Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
  Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
  NeurosensorI
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
  Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
  Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
  Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
  Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
  Integritas ego
Stess, ansietas
B.      Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1.      Defisit volume cairan b.d diuresis osmotic akibat hiperglikemia
Batasan karakteristik:
a.       Peningkatan urin output
b.      Kelemahan, rasa haus, penurunan BB secara tiba-tiba
c.       Kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit buruk.
d.      Hipotensi, takikardia, penurunan capillary refill.
Kriteria Hasil:
a.       Tanda vital stabil (nadi 80-88 x/menit, tekanan datrah 100-140/80-90 MmHg, suhu tubuh 36,5-37,40C, respiratory rate 20-22 x/menit)
b.      Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis.
c.       Turgor kulit dan capillary refill baik dibuktikan dengan capillary refill kurang dari 2 detik
d.      Keluaran urine dalam kategori aman (lebih dari 100cc/hari sampai batas normal 1500cc-1700cc/hari)
e.       Kadar elektrolit urin dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220meq/24 jam, kalium 25-100 meq/24 jam, klorida 120-250 meq/liter, magnesium 1,2-2,5 mg/dl

INTERVENSI
RASIONAL
1)           Pertahankan untuk memberikan cairan 1500-2500 ml atau dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan
Mempertahankan komposisi cairan dalam tubuh, volume sirkulasi dan menghindari over load jantung 
2)           Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan membaiknya fungsi ginjal
3)           Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
Penurunan volume cairan darah (hipovolemi) akibat dieresis osmosis dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah
4)           Pantau suhu, warna, turgor kulit, dan kelembabannya
Dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan, dan kering di kulit. Sedangkan penurunan turgor kulit sebagai indikasi penurunan volume cairan pada sel
5)           Pantau nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa
Nadi yang lemah, pengisian kapiler yang lambat sebagai indikasi penurunan cairan dalam tubuh. Semakin lemah dan lambat dalam pengisian, semakin tinggi derajat kekurangan cairan

2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan insulin
Batasan Karakteristik :
  1. Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)
  2. Lingkar lengan < 10 cm
  3. Kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk
  4. Kadar gula darah > 150 mg/dl
Kriteria hasil:
  1. Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan
  2. Peningkatan berat badan atau berat badan ideal/normal
  3. Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm
  4. Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13 -16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl
  5. GDS 60-110 mg/.dl, kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7 gr/dl

INTERVENSI
RASIONAL
1)            Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan teknik intravena secara intermitten atau secara kontinyu 
Insulin regular memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel, pemberian melalui intravena merupakan rute pilihan utama karena absorbs dari jaringan sub kutan mungkin tidak menentu/sangat lambat 
2)            Berikan diet 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak dan penataan makan dan pemberian makanan tambahan
Intake kompleks karbohidrat(jagung, wortel, brokoli, buncis, gandum) berdampak pada penekanan kadar glukosa darah, kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolesterol, dan meningkatkan rasa kenyang
3)            Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan setiap hari sesuai indikasi
Mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi
4)            Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan, jumlah nutrisi
Meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan kemampuan untuk menarik glukosa dalam sel
5)            Pantau tanda-tanda hipoglikemi (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing)
Karena metabolism karbohidrat mulai terjadi, gula darah akan berkurang dan sementara pasien tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi
6)            Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Peningkatan aseton, pH, dan HCO3 sebagai indikasi kelebihan bahan keton.

3.      Resiko infeksi b.d kadar glukosa darah tinggi
Batasan karakteristik :
  1. Angka leukosit > 11.000 ul
  2. Suhu tubuh kadang mengalami periode naik dari 370C
  3. Akral teraba hangat/panas
  4. GDS > 150 gr/dl
  5. Glukosa urin positif
Kriteria hasil
  1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi seperti rubor, calor, dolor, tumor, fungtioleisa, dan angka leukosit dalam batas 5000-11000ul
  2. Suhu tubuh tidak tinggi (36,50C – 370C)
  3. Kadar GDS 60-100 mg/dl
  4. Glukosa urin negative
INTERVENSI
RASIONAL
1)            Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan teknik intravena secara intermitten atau secara kontinyu 
Insulin regular memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel, pemberian melalui intravena merupakan rute pilihan utama karena absorbs dari jaringan sub kutan mungkin tidak menentu/sangat lambat
2)            Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Peningkatan aseton, pH, dan HCO3 sebagai indikasi kelebihan bahan keton.
3)            Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan, jumlah nutrisi
Meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan kemampuan untuk menarik glukosa dalam sel

4.      Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual (penglihatan, pendengaran) b.d perubahan kimia endogen (ketidakseimbangan glukosa-insulin dan elektrolit)
Batasan karakteristik :
  1. Pasien mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia
  2. Visus dengan snellen card kurang dari 6 meter
  3. Pasien mengeluh kepalanya pusing
  4. Pasien mengeluh telinganya berdenging atau tidak jelas mendengar
  5. Pasien mengeluh letih, pelupa
  6. Nilai laboratorium natrium darah < 135 meq/dl
  7. Kalsium darah < 3,5 meq/l
  8. Klorida darah < 100 meq/l
Kriteria evaluasi
  1. Pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur/diplopia lagi
  2. Visus 6/6
  3. Nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas : natrium 135-147 meq/l, kalsium darah 9-11 mg/dl, kalium darah 3,5-5,5 meq/l, klorida darah 100-106 meq/l

INTERVENSI
RASIONAL
1)               Pastikan akses penggunaan alat bantu sensori , seperti alat bantu dengar, dan kacamata
Meningkatkan  pendengaran dan penglihatan yang masih tersisa
2)               Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi dan secara bertahap dinaikkan derajatnya
Meningkatkan keamanan pasien untuk beraktivitas. Aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi dan fungsi jantung
3)               Buat jadwal intervensi keperawatan bersama pasien agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien
Meningkatkan tidur dapat menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya fikir
4)               Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental
5)               Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman
Meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit
6)               Pantau nilai laboratorium seperti glukosa darah, elektrolit, ureum kreatinin
Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental

5.      Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic
Batasan karakteristik :
  1. Pasien mengeluh badannya terasa lemah
  2. Skor kekuatan otot ekstremitas baik kanan dan kiri, atas maupun bawah kurang dari 4
  3. Ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan harian seperti mandi, gosok gigi, berjalan
  4. Pasien terlihat terhuyung atau mau jatuh saat berdiri
Kriteria hasil :
  1. Pasien mengatakan badannya tidak lemah lagi
  2. Skor kekuatan otot ekstremitas kanan, kiri, atas, serta bawah 5
  3. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas seperti mampu berdiri dan berjalan
INTERVENSI
RASIONAL
1)               Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
Aktivitas akan lebih terarah dan menghindari kelelahan yang berlebihan
2)               Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu
Memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk aktivitas
3)               Tekankan pentingnya mempertahankan periksaan gula darah setiap hari
Membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energy metabolic dari unsur glukosa
4)               Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas
Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat aktivitas
5)               Pantau aktivitas pasien dan jumlah bahan energy yang masuk
Aktivitas yang tidak sesuai dengan jumlah energi yang mempu diproduksi pasien dapat meningkatkan kelelahan

6.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Batasan karakteristik :
a.       Mengakui perasaan putus asa
b.      Ketidak mampuan mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
c.       Ketidak mampuan membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Kriteria hasil
a.       Mengakui perasaan putus asa
b.      Mampu mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
c.       Mampu membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri
INTERVENSI
RASIONAL
1)                  Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah
2)                  Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga
Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping
3)                  Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi
4)                  Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri
Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi
Batasan karakteristik :
a.       Ketidakmampuan mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
b.      Ketidakmampuan mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
c.       Tidak dapat  melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan
Kriteria hasil:
a.       Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
b.      Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
c.       Mampu melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
INTERVENSI
RASIONAL
1)                  Ciptakan lingkungan saling percaya
Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
2)                  Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
3)                  Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program
4)                  Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat
Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
C.    EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1)      Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2)       Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3)      Infeksi tidak terjadi
4)      Tidak terjadi perubahan sensori perseptual
5)      Rasa lelah berkurang
6)      Penurunan rasa lelah
7)      Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
8)      Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.












BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni      : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi      : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya  dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
Koma hipoglikemi       : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif     : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )


4.2 SARAN
1.         Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar hipoglekemia dan diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan keperawatan.
2.         Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.




DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC
Isselbacher, K,dkk, editor Asdie,H.(2000).Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:EGC
Kidd, Pamela S, Patty Ann Sturt dan Julia Fultz.(2010).Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta:EGC
Lippincot williams and Wilkins.(2011).Nursing the series for clinical excellence, Memahami berbagai macam penyakit. Jakarta: PT Indeks
Mansjoer,Arif dkk.(2007).Kapita Selecta Kedokteran jilid 1.jakarta: Media Aesculapius FKUI
Setiadi.(2007).Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yokyakarta:Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Soegondo,Sidartawan dkk.(2011).Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpada.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.Jakarta : EGC
Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga. Jakarta:EGC
Emedicine Journal, Emergency medicine. http://doctorsjournals.wordpress.com/